Resensi Film John Wick 4: Duel Satu Lawan Satu Paling Mematikan Dalam Sejarah, Klasik Sekaligus Penuh Gaya – Salah satu raksasa Hollywood yang paling ditunggu tahun ini bisa jadi John Wick 4. Tayang di bioskop sejak pekan terakhir Maret 2023, karya sineas Chad Stahelski ini masih perkasa menguasai layar lebar.
John Wick: Chapter 4 membawa sang tokoh utama terbang dari ingar bingar New York City, AS, ke hotel prestisius Osaka Continental, Jepang. Di sana, John Wick bertemu kawan lawas, Shimazu Koji (Hiroyuki Sanada).
Koji salah satu tokoh baru dengan peran krusial dalam dunia John Wick yang makin gila. Keanu Reeves tetap di posisi sentral. Hidupnya makin rumit kalau tak mau dibilang sulit. Namun menyerah tak pernah jadi pilihan.
Chapter 4 yang digagas Lionsgate sejak Mei 2019 adalah perjalanan paling berisiko. Penulis skenario Shay Hatten dan Michael Finch punya alasan kuat mengapa harus bercerita sepanjang 169 menit untuk jilid keempat John Wick. Berikut resensi film John Wick Chapter 4.
Marquis Vincent Versus Wick
Charon (Lance Reddick) dan Winston (Ian McShane) menghadap Marquis Vincent (Bill Skarsgard), anggota High Table baru yang berkuasa. Pertemuan rahasia ini membahas John Wick yang berstatus Excommunicado namun tak kunjung bisa dieksekusi seluruh kota.
Pertemuan segitiga ini berakhir dengan dua kejadian tragis. Salah satunya, peledakan New York Continental sebagai statement tegas High Table. “Kesempatan kedua adalah suaka bagi orang-orang gagal,” kata Marquis sebelum meninggalkan ruang pertemuan.
High Table mengerahkan agen terbaiknya setelah melacak keberadaan John Wick di Osaka Continental. Atas nama persahabatan, Koji dan putrinya, Akira (Rina Sawayama) membantu John Wick menghindari pengejaran. Osaka Continental pun jadi arena pertumpahan darah.
Marquis rela membayar puluhan juta dolar AS asal John Wick terbunuh. Dua jagoan yang belakangan direkrut, Caine (Donnie Yen) dan The Tracker (Shamier Anderson). Muncul ide gila, pakai tradisi lawas untuk melepaskan diri dari status Excommunicado John Wick.
John Wick yang kehilangan nama keluarga mendatangi Katia (Natalia Tena). Keduanya menjalani ritual pemulihan nama keluarga. Dengan nama keluarga yang didapat, John Wick menantang Marquis duel satu lawan satu di Paris, persis saat fajar menyingsing.
Durasi Panjang Amat
Pertanyaan yang kali pertama muncul saat John Wick 4 dirilis, perlukah durasinya sepanjang ini? Jawabnya perlu. Jilid keempat menekankan pada proses pemulihan reputasi dan kemuakan tokoh utama pada “ikon” High Table yang baru.
Untuk mencapai babak akhir, ada rentetan peristiwa penting yang harus dilalui. Pertumpahan darah di Osaka baru permulaan. Dengan cetak biru buatan Derek Kolstad, duo penulis naskah Shay Hatten dan Michael Finch membangun sejumlah jembatan penghubung ke tokoh baru.
Tokoh Baru Yang Believable
Menariknya, sejumlah tokoh anyar ini hadir secara believable. Kali pertama menyaksikan Koji, Caine, dan John Wick, kita serasa melihat kenalan lama kangen-kangenan dengan senjata. Kita merasakan kehadiran masa lalu seraya membaca pilihan yang pernah mereka buat.
Tak perlu menyangsikan kehebatan Keanu Reeves dalam meresapi jati diri John Wick yang sendiri, dingin, sepi, tanpa ampun, dan paham konsekuensi dari setiap pilihan. Daya tarik lain film ini adalah kecerdasan sutradara dan penulis dalam menghadirkan lawan sepadan.
Lawan Bagai Warna Pelangi
Lawan John Wick bagai warna pelangi karena punya karakter beragam. Ada yang memiliki keterbatasan fisik tapi berakal bulus. Ada yang tak paham dengan apa dan siapa yang dihadapi, namun jeli memanfaatkan peluang. Ada yang bodoh namun jabatan memungkinkannya berbuat apa saja.
Beda lawan, beda pula teknik memperdaya dan mengalahkannya. Kuncinya, kemampuan, cara berpikir, dan jam terbang. John Wick punya ketiganya. Chad Stahelski tak lantas menjadikannya manusia setengah dewa. Dalam banyak adegan kita melihatnya kewalahan.
Film Aksi Penuh Gaya
John Wick 4 adalah film aksi penuh gaya. Anda mau adegan apapun ada. Dari pakai pisau, pistol, sampai tangan kosong. Sinematografi dan tata cahaya membuat dunia John Wick yang gelap jadi penuh warna tanpa memudarkan citra baku pukul bertaruh nyawa.
Dalam banyak aspek film ini terasa klasik dengan koreografi yang dibuat penuh selera. Desain produksinya merefleksikan transformasi John Wick dari pensiunan pembunuh bayaran yang disatroni maling menjadi pria matang penantang jaringan tirani kelas dunia.
Keberanian, Harapan, Berjuang
Transformasi ini merefleksikan keberanian, harapan, dan berjuang sampai mati. John Wick 4 matang dari aspek penokohan hingga teknis. Ia tahu kapan harus ngebut, santuy sekedap sambil menjelaskan koneksi antartokoh, ngamuk lalu menyelesaikan konflik utama secara jantan.
Dengan adegan pembuka yang bikin ketar-ketir, John Wick 4 berakhir dengan baku hantam yang tak sekadar pamer skill. Saya tertawa saat tahu sang jagoan sengaja tak menembak. Ya, inilah John Wick. Ia tahu kapan harus menahan diri dan kapan mesti… dor!